Trio Detective - Misteri Cakar Perunggu [Chapter 5] Trio Detective - Misteri Cakar Perunggu [Chapter 5] - Story of Life
   Home     My Contact     Chat Room     RSS     My Contact     My Blog (NEW)     Daftar Isi       
Selamat Datang di Blog "Story Of Life"

Mari baca-baca dulu fanfiction dan tips dari saya,
Jangan lupa "Comments" yah~

Oh ya, Disini juga terima ReQ apapun tentang blog~
Jadi tanyakan saja.

Untuk tampilan lebih bagus dan menarik harap gunakan
Mozilla Firefox versi Terbaru.

Rival Makrifa Aryan. Diberdayakan oleh Blogger.

Trio Detective - Misteri Cakar Perunggu [Chapter 5]

Judul : Trio Detective - Misteri Cakar Perunggu - Para Perompak Baru
Chapter : 4 of 18
Author : Mark Zahn
 Sumber : Geocities

Story :
Setelah menyantap sarapan besar di sebuah rumah makan di pusat Anchor Bay, Trio Detektif berjalan melewati jalan setapak yang penuh dengan turis, mengikuti petunjuk Atticus, menuju ke markas Perompak Baru dari Barat.

"Menurut Paman Atticus Anchor Bay benar-benar telah berubah menjadi sarang turis," kata Jupiter, mengamati suatu keluarga yang sedang berkantong-kantong permen dari seorang pedagang pinggir jalan. "Sebagian tertarik untuk memancing, yang lain menikmati toko-toko kecil dan rumah makan. Bahkan ada permainan video dan lintasan go-kart untuk anak-anak. Kurasa semua orang berusaha meraup keuntungan dari para turis. Itulah sebabnya Paman Atticus membuka toko barang antiknya. Ia merasa ada baiknya ia mengambil untung dari segala benda tua yang dikumpulkannya selama bertahun-tahun. Ini dia tokonya."

Anak-anak berhenti di depan sebuah toko kecil yang terjepit di antara sebuah toko lilin dan sebuah toko teh. Mereka mengintip melalui jendela kaca yang tebal. Bagian dalam toko itu nampak kosong dan sunyi. Sebuah tanda di pintu berbunyi:

"BARANG-BARANG ANTIK KELAUTAN JONES"
Atticus Jones, Pemilik
Akan Dibuka Tanggal 8 Juni

Anak-anak membeli permen dan mengunyahnya sambil melanjutkan berjalan menyusuri jalan setapak beralas kayu itu. Mereka telah melewati beberapa blok lagi dan hampir mencapai batas kawasan bisnis itu ketika Bob berseru.

"Lihat!"

Jupe dan Pete mengikuti pandangannya ke arah atap-atap. Sebuah bendera besar berwarna hitam dengan gambar tengkorak dan tulang bersilang putih berkibar di sebuah tiang di samping sebuah pos pemadam kebakaran tua.

"Jolly Roger," kata Pete. "Teman-teman, kurasa kita telah menemukan para perompak kita!"

"Menurutmu apakah ada baiknya kita semua masuk, Pertama?" tanya Bob kepada Jupiter.

Remaja gempal itu menggeleng dan berpikir sejenak. "Sebaiknya hanya satu saja yang masuk. Tidak ada gunanya kita bertiga memamerkan wajah, ada kemungkinan kita nanti harus membuntuti seseorang."

"Kubilang Jupe saja yang masuk," kata Pete. "Ia lebih cocok untuk hal-hal semacam ini. Aku tidak pernah tahu harus berkata apa."

Bob setuju. "Ia benar, Pertama. Kau jauh lebih baik daripada kami berdua dalam hal mengarang cerita."

Jupiter menatap kedua rekannya. "Kalian berdua perlu berlatih mengumpulkan informasi. Tapi karena kita tidak punya banyak waktu di Anchor Bay, biar aku yang masuk."

"Sementara itu, Pete dan aku akan mengamat-amati sekitar gedung itu," kata Bob, "siapa tahu kami melihat sesuatu yang mencurigakan."

"Kita bertemu di ujung blok ini dua puluh menit lagi," kata Jupiter sambil berjalan menuju ke pos pemadam kebakaran tua itu. "Kalau saat itu aku belum muncul, kembalilah ke rumah Paman Atticus dan tunggu aku di sana."

Bob dan Pete mengangguk dan mulai berjalan mengelilingi blok itu, menuju ke arah suatu lorong sempit yang berada di belakang gedung-gedung tua itu.

Seraya berjalan mendekati markas Perompak Baru dari Barat, Jupiter membiarkan bahunya turun dan wajahnya yang tembam cemberut. Jupe pernah menjadi seorang aktor kanak-kanak untuk televisi dan sangat berbakat dalam berakting. Jika mau, ia dengan bagus sekali dapat memerankan seorang anak yang agak terbelakang. Ia menarik pegangan pintu yang aus dan sebuah lonceng tembaga besar di atas pintu berbunyi. Ketika ia menutup pintu di belakangnya, lonceng itu berbunyi lagi.

Jupe berdiri di samping pintu depan itu dan mengamati sekelilingnya. Bekas markas pemadam kebakaran itu sedang dalam proses perbaikan. Bau cat basah dan bubuk gergaji mengambang di udara dan ia dapat melihat gergaji, papan, palu, dan paku berserakan di ruang depan yang besar. Ia memasuki ruangan besar yang remang-remang itu dan memanggil, suaranya memecah kekosongan.

"Halo! Ada orang di sini?"

Tidak ada jawaban. Ia melihat jam tangannya dan melihat bahwa saat itu baru pukul sembilan lewat empat puluh lima menit. Sudah terlambat untuk sarapan dan terlalu pagi untuk makan siang. Penyelidik Pertama berjalan lebih jauh ke dalam ruangan dan kembali memanggil.

"Halo! Ada orangkah?"

Jupiter nyaris tidak mendengar suara aneh yang bergemerisik dari suatu tempat di atasnya sebelum ia mendapati dirinya bertatapan muka dengan seorang perompak yang bengis! Ia tersentak dan mundur beberapa langkah, membentur kuda-kuda gergaji dan menjatuhkan sebuah palu dan sekantong paku ke lantai, menimbulkan bunyi keras!

Bajak laut berwajah kejam itu mengenakan topi khas bajak laut, jaket pelaut panjang berwarna merah, sepatu lars hitam setinggi lutut, dan kemeja putih yang lusuh. Yang paling parah, sebilah belati menyeramkan terselip di sela-sela gigi-giginya yang putih berkilau.

Ketika Jupe melihat pisau tergigit di antara gigi-gigi perompak itu, ia segera menemukan kembali keberaniannya.

"Kostum Anda cukup meyakinkan," katanya, mulai tenang, "namun gigi Anda terlalu putih untuk seorang bajak laut sejati. Untuk efek yang lebih meyakinkan, Anda harus mendatangi toko kostum dan membeli gigi palsu."

Perompak menyeramkan itu meluruskan tubuhnya dan memiringkan kepalanya ke samping. Ia mengambil belati di mulutnya, mengusapkan mata pisaunya ke celana, dan menyeringai. "Baiklah, aku bukan bajak laut sejati. Tapi akuilah, untuk sesaat kau benar-benar ketakutan."

Jupiter menyadari bahwa ia telah lupa sama sekali akan aktingnya sebagai seorang anak bodoh akibat kemunculan si perompak yang mengagetkan itu. Sudah terlambat sekarang. "Bukan ketakutan," katanya, tersenyum kecut, "terkejut lebih tepatnya. Saya sempat lupa bahwa bangunan ini tadinya merupakan pos pemadam kebakaran. Saya tidak menyadari bahwa tiang kuningan yang ada di sebelah saya ini merupakan tiang yang digunakan para petugas pemadam kebakaran untuk meluncur turun."

Bajak laut itu menaikkan alisnya, tercengang. "Pernahkah ada yang bilang kepadamu bahwa kau bicara seperti kamus?" tanyanya. "Namaku Gaspar St. Vincent. Sebenarnya nama asliku adalah Francis Shoe. Tapi siapa yang pernah mendengar ada perompak laut bernama Francis? Jadi panggil saja Gaspar."

Jupe berjabat tangan dengan bajak laut yang ramah itu dan kemudian segera menuju ke pokok masalah. "Apakah Anda satu-satunya yang bekerja di Perompak Baru dari Barat, Gaspar?"

"Sebenarnya tidak ada yang bekerja di sini," kata Gaspar menjelaskan, "kami organisasi nirlaba. Semua orang hanyalah sukarelawan. Satu-satunya syarat menjadi anggota adalah hubungan keluarga dengan seorang perompak masa lalu. Apakah kau hendak mendaftarkan diri?"

Jupiter berpikir cepat. "Oh, sebenarnya saya sedang mengerjakan suatu tugas tentang bajak laut untuk semester pendek. Saya mendengar tentang Perompak Baru dari Barat dari paman saya dan merasa menemukan subjek yang tepat untuk karya tulis saya. Anda keberatan saya wawancarai?"

Gaspar menarik kerah jaket panjangnya dan mendongakkan dagu. "Kurasa sudah waktunya orang-orang bodoh di atas itu kuberi daging kambing dan arak. Ikuti aku, anjing kurap!"

Jupiter terkekeh mendengar ucapan khas perompak yang kasar itu dan ia mengikuti pria itu menaiki tangga melingkar ke lantai dua markas pemadam kebakaran tua itu. Dalam hati ia merasa Gaspar St. Vincent akan cocok sekali berperan dalam pertunjukan Sarang Perompak Ungu milik Jeremy Joy yang pernah ditontonnya bersama Bob dan Pete ketika mereka mengusut Misteri Perompak Ungu.

Ketika mereka sampai di ujung tangga, mata Jupiter terbelalak dan mulutnya ternganga, terkejut melihat yang ada di lantai dua.

Seluruh lantai itu merupakan suatu ruangan besar yang mirip museum. Dinding-dindingnya dibuat terlihat seperti bagian dalam sebuah kapal, dengan roda-roda kemudi besar dari kapal-kapal kuno, jaring, jangkar, dan layar setinggi enam meter. Di tengah ruangan terdapat tempat-tempat dari kaca. Masing-masing berisi artifak seperti pistol, pisau, alat makan, dan pakaian. Penjelasan masing-masing benda tertempel dengan rapi di sisinya.

Namun yang paling mengejutkan Jupiter adalah patung-patung lilin. Di dalam ruangan itu Jupe menghitung ada paling tidak selusin patung para bajak laut paling terkenal dalam ukuran sebenarnya. Ada Si Janggut Hitam yang berdiri di samping Caesar dan Red Anny tepat di sebelah William Evans. Masing-masing patung diukir dengan memperhatikan bagian-bagian terkecil, dari janggut di dagu hingga ke belati di ikat pinggang mereka. Jupe merasa patung-patung itu cukup hidup untuk melompat turun dari landasan berdiri mereka dan siap membantai!

Gaspar memulai narasi yang jelas dihapal. "Perompak Baru dari Barat adalah suatu atraksi yang menghibur sekaligus mendidik seluruh keluarga yang akan dibuka dari pukul sembilan hingga pukul lima selama musim panas dan dua kali seminggu dari pukul sembilan hingga pukul dua setelah musim berlibur usai -- jika kami dapat menyelesaikan pekerjaan ini sebelum pembukaan. Sayangnya pembukaan tinggal dua minggu lagi dan kami bahkan belum mulai dengan lantai dasar."

"Anda berkata 'kami'," sela Jupiter, memandang berkeliling, "siapa lagi yang ada di sini?"

"Ah, konyolnya aku," desah Gaspar, "yang lain ada di atap. Seperti yang kau lihat sendiri, ini adalah bangunan tua dan kami harus bekerja keras memperbaikinya. Untunglah banyak pendiri Perompak Baru yang berprofesi dokter dan pengacara. Atap bangunan ini sungguh butuh sapuan tir. Anggota kelompokku yang lain ada di atas, mengerjakannya. Kau ingin bertemu dengan mereka?"

Jupe hendak berkata tidak usah namun Gaspar St. Vincent yang aneh itu sudah mulai melangkah di tangga yang menuju ke atap. "Ikuti aku!" serunya.

Jupiter menaiki anak-anak tangga itu dan muncul di teriknya matahari. Di atas atap ada dua orang lelaki dan seorang gadis, semua berpakaian bajak laut. Mereka baru saja selesai dengan tir.

Gaspar menoleh ke arah Jupe dengan wajah memerah. "Maaf, anak muda, aku tidak tahu namamu."

"Jupiter Jones."

"Cocok!" seru Gaspar. "Nama yang cocok untuk seorang bajak laut!" Ia berpaling kepada ketiga perompak dengan kuas tir. "Perhatian! Awak Kapal Bly, Peterson, dan O'Reilly, perkenalkan Master Jones. Ia sedang menyusun laporan tentang bajak laut untuk tugas sekolah."

Ketiga perompak itu meletakkan kuas mereka ke dalam ember berisi cairan hitam dan lengket dan mendekat. Seorang pria besar dan berotot dengan penutup mata menyulut sebatang rokok. "Sekolah mana?" tanyanya dingin.

"Maaf?" Jupiter terkejut.

"Francis bilang kau di sini untuk tugas sekolah. Sekolah mana itu?" ulang Bly, mata satunya menyipit memandang Jupe dengan melecehkan.

Jupe tidak ragu-ragu. "Sekolah Menengah Rocky Beach. Semester pendek untuk kelas sejarah. Saya sedang menulis tentang bajak laut."

"Tidak pernah dengar," kata Bly curiga.

"Cukup jauh ke selatan dari sini," Jupe menjelaskan dengan lancar. "Saya sedang berlibur di sini."

"Sepertinya ada udang di balik batu," perompak kekar itu bergumam sambil berjalan menuju tangga.

Gaspar menepuk punggung Jupe sementara mereka memandangi pria itu menuruni tangga. "Lupakan Connie Bly. Ia bekerja sepanjang pagi di bawah terik matahari. Siapa tahu setelah ini ia akan mengikatmu di ujung geladak dan memberimu lima puluh cambukan."

Seorang gadis muda yang cantik dengan kawat gigi tersenyum dan menjabat tangan Jupe. Usianya tidak jauh berbeda dengan Jupe. Ia mengenakan kemeja bergaris-garis dan kepalanya terbungkus bandana. "Hai! Namaku Ashley O'Reilly. Ayahku anggota di sini. Aku hanya membantu-bantu secara suka rela."

Perompak yang kedua mengangguk ke arah Jupe dan tersenyum. "Senang bertemu denganmu, Nak. Aku Vic Peterson, salah seorang pendiri Perompak Baru. Apakah ada leluhurmu yang bajak laut? Hanya itu yang kau butuhkan untuk bergabung. Bahkan kalaupun tidak, kami selalu menerima sukarelawan yang dapat menggunakan gergaji dan palu. Kau punya teman yang mungkin tertarik?"

Jupiter tersenyum sopan dan kemudian menjelaskan bahwa ia hanya akan berada di Anchor Bay selama dua minggu. Selain itu, pikir Jupiter, ia lebih suka mengkaryakan otaknya daripada ototnya.

Gaspar tersenyum kepada teman-teman perompaknya. "Silakan menyelesaikan dan setelah itu pergi makan siang."

Gaspar memimpin Jupiter kembali ke bawah. Ketika mereka tiba di lantai dasar, Jupe menoleh. "Mr. St. Vincent, saya sempat melihat hiasan-hiasan di lantai dua. Saya mendapat kesan Perompak Baru menentang pengambilan benda-benda dari kapal bajak laut yang tenggelam."

"Memang demikian!" Gaspar berkata dengan penuh perasaan. "Semua yang kau lihat di atas itu adalah replika yang sama persis. Replika adalah tiruan benda asli, aku yakin kau tahu. Tujuan utama Perompak Baru adalah mendidik masyarakat dan menghentikan pengrusakan warisan kita! Tapi karena kami belum lagi buka, bagaimana, kutanya, kau bisa tahu bahwa kami menentang penghancuran sejarah leluhur kita -- juga batu karang yang menjadi rumah bagi jutaan spesies yang hidup di laut?"

Jupiter merasa tidak ada salahnya berkata jujur kepada Gaspar. Perompak itu nampak sangat ramah. "Paman saya adalah Atticus Jones, penyelam yang sedang bekerja di suatu tempat dua mil ke arah pantai. Ia berkata bahwa organisasi ini telah mengitari perahu-perahu mereka sebagai protes."

Mendengar pengakuan ini kedua mata Gaspar menyipit dan berubah dingin. "Jadi kau bersaudara dengan dia! Hal itu sebenarnya sudah cukup untuk menyuruhmu berjalan di atas papan!"

"Berjalan di atas papan" adalah istilah bajak laut yang mengacu pada salah satu hukuman mereka yang terkenal. Orang terhukum diperintahkan berjalan sepanjang papan pendek yang menjorok ke atas laut dari sisi geladak kapal, hingga akhirnya tercebur ke laut.

Lonceng di atas pintu berdentang ketika Gaspar membukanya. Ia praktis mendorong Jupe keluar. "Hingga pamanmu berhenti menghancurkan makam leluhur kami, kau dilarang masuk ke Perompak Baru dari Barat! Selamat jalan, Jones!"

"T-t-tapi..." Jupiter tergagap.

"Ah, ah," potong Gaspar sambil menggoyang-goyangkan jari. "Dan jangan sampai kulihat kau di sekitar sini lagi!" tukasnya -- sebelum membanting pintu di depan wajah Jupiter!

2 komentar:

Anes mengatakan...

cerita seru nih n_n
capek baca'a. . .

Rival M.A mengatakan...

thanks udah baca n-n

Posting Komentar


Akatsuki Kage Bunshin
 
Copyright © Story of Life