Trio Detective - Misteri Cakar Perunggu [Chapter 3] Trio Detective - Misteri Cakar Perunggu [Chapter 3] - Story of Life
   Home     My Contact     Chat Room     RSS     My Contact     My Blog (NEW)     Daftar Isi       
Selamat Datang di Blog "Story Of Life"

Mari baca-baca dulu fanfiction dan tips dari saya,
Jangan lupa "Comments" yah~

Oh ya, Disini juga terima ReQ apapun tentang blog~
Jadi tanyakan saja.

Untuk tampilan lebih bagus dan menarik harap gunakan
Mozilla Firefox versi Terbaru.

Rival Makrifa Aryan. Diberdayakan oleh Blogger.

Trio Detective - Misteri Cakar Perunggu [Chapter 3]

Judul : Trio Detective - Misteri Cakar Perunggu - Legenda Si Janggut Hitam
 Chapter : 3of 18
Author : Mark Zahn
Sumber : Geocities

Story :
Reaksi pertama Jupiter dalam dekapan pakaian selam itu adalah panik namun otaknya segera mulai bergerak dengan cara kerjanya yang teliti dan teratur. Ia teringat akan suatu gerakan gulat yang pernah diajarkan oleh Pete dan tanpa ragu-ragu ia mengangkat tangan kanannya yang digenggam si penyerang dan merentangkannya di atas kepala, secara efektif membebaskan diri dari dekapan maut si penyerang.


Dari balik pakaian selam itu terdengar sebuah geraman samar-samar. "Kau tak bisa lari sekarang, pencuri sial! Akhirnya kutangkap basah kau!"

Begitu terlepas dari genggaman orang itu, Jupier segera berkaok seperti seekor gagak sekencang-kencangnya. Selagi ia berbuat demikian, seraut wajah yang tak asing muncul di samping pakaian selam itu dan mengerutkan kening.

"Pencuri macam apa kau ini?"

Jupiter berhenti berkaok-kaok dan berkedip. "Paman Atticus?"

"Jupiter?"

Pada saat itu orang-orang yang lain masuk berbondong-bondong ke dalam ruangan yang remang-remang itu. Atticus Jones menyalakan lampu dan tersenyum. Anak-anak takjub melihat seraut wajah yang nampak tidak asing. Selain bahwa ia lebih pendek beberapa sentimeter dan memiliki kumis yang lebih besar, Atticus Jones bisa mengaku sebagai saudara kembar Titus Jones.

"Titus Andronicus! Dasar penjahat tua, aku kira kau akan datang malam ini! Dan kau membawa wanita tercantik di California Selatan bersamamu."

Bibi Mathilda mencibir dan menggoyang-goyangkan jari tangannya di depan Atticus. "Kau sama sekali tidak berubah, Atticus Jones! Menakut-nakuti kami dengan tipuanmu. Dan jangan coba-coba bermanis mulut di hadapanku. Simpan saja untuk seorang wanita yang belum menikah, mungkin ia akan bisa membantumu membereskan tempat ini. Kulihat sepertinya banyak yang harus kulakukan di sini!"

Atticus Jones mencium tangan Bibi Mathilda dan terkekeh. "Jangan berani-berani melakukan itu, Nyonya. Segala sesuatu yang ada di sini telah diatur dan dikatalogkan dengan seksama. Aku punya sistem khusus dan jika kau membereskannya, kau akan merusak segalanya. Aku melarangmu!" Kini ia berpaling ke arah anak-anak, kumis walrusnya bergoyang-goyang seiring dengan senyumannya. "Jupiter, sudah lama sekali. Kau tahu kau selalu merupakan keponakan kesayanganku. Siapakah teman-temanmu ini?"

Tanpa ragu-ragu Jupe merogoh saku kemejanya dan mengeluarkan salah satu kartu nama Trio Detektif yang berukuran besar dan satu kartu lagi, dan memberikannya kepada pamannya. "Mungkin ini bisa menjelaskan," katanya. Pada kartu pertama tertulis:

TRIO DETEKTIF
"Kami Menyelidiki Apa Saja"
? ? ?

Penyelidik Pertama...........Jupiter Jones
Penyelidik Kedua............Peter Crenshaw
Catatan dan Riset..............Bob Andrews

Kartu kedua bertuliskan:

Dengan ini menyatakan bahwa pemegang kartu ini adalah seorang
Asisten Muda Sukarela yang bekerja sama dengan kepolisian
Rocky Beach. Bantuan apapun yang diberikan kepadanya akan
kami hargai.

Tertanda

Samuel Reynolds
Kepala Polisi

Jupiter, yang tidak pernah melewatkan kemungkinan akan adanya misteri, segera meneruskan. "Tadi aku dengar yang Paman katakan dari balik pakaian selam itu, Paman Atticus. Paman sepertinya menyangka aku adalah seorang penjahat. Jika akhir-akhir ini terjadi pencurian, mungkin Trio Detektif bisa membantu Paman."

Atticus Jones tertawa dan seperti menyembunyikan sesuatu mengusap hidungnya yang besar, lalu menunjuk ke arah Jupe dan mengedipkan sebelah mata. "Kakakku selalu berkata bahwa kau setajam paku payung. Aku mungkin punya sesuatu untuk biro penyelidikmu."

Tapi sebelum ia sempat melanjutkan, terdengar ketukan keras di pintu depan. Atticus Jones berjalan ke ruang depan, diikuti oleh para tamunya.

Seorang lelaki muda yang tampan, berusia kira-kira tiga puluh tahun, dengan rambut pirang dan mata biru seperti kristal, berdiri terengah-engah di depan pintu. Ia mengusap keringat dari keningnya dan berusaha mengatur nafas.

"Ada hasil, Cutter?" tanya Atticus suram.

Lelaki bernama Cutter itu menggelengkan kepala, sama sekali tidak menghiraukan orang-orang yang berkumpul di dalam ruangan.

"Sayangnya tidak. Kukira aku melihatnya menuju kota, pakaiannya serba hitam. Ia bisa ada di mana saja. Mungkin sekali ia bersembunyi di dalam salah satu perahu yang masih tertambat. Kita takkan menemukannya sekarang."

"Demi petir!" geram Atticus. "Penjahat itu baru saja mencuri untuk terakhir kalinya! Lihat saja nanti!"

Mata Jupiter berbinar-binar. "Jadi memang ada yang telah mencuri dari rumah Paman! Dan bukan untuk pertama kalinya!"

Bibi Mathilda berdiri dengan tangan dilipat. Ia menatap Jupiter dengan galak. "Jangan ikut campur urusan orang, Jupiter Jones. Klub teka-teki kalian harus menunggu sampai kita kembali ke Rocky Beach. Ini urusan polisi."

Lelaki yang bernama Cutter menatap Jupiter, kemudian Atticus, dengan bingung. "Klub teka-teki? Siapa mereka ini, Jones?"

Paman Atticus melingkarkan tangannya di pundak Jupe dan tersenyum. "Di manakah sopan-santunku? Kapten Oscar Cutter, ini keponakanku Jupiter Jones, sahabat-sahabatnya Bob dan Peter, dan kakakku Titus dan istrinya yang cantik Mathilda. Mereka datang jauh-jauh dari Rocky Beach, California untuk mengunjungiku."

Dengan sopan Kapten Cutter bersalaman dengan semuanya. "Sungguh menyenangkan dapat bertemu dengan kalian. Kuharap kalian menikmati kunjungan kalian di Anchor Bay. Aku berani jamin, kalian takkan menemukan masakan salmon yang lebih enak di Pesisir Barat!"

Mendengar makanan disebut-sebut, perut Jupe mengeluarkan suara cukup keras dan mereka semua tertawa terbahak-bahak.

Pete menepuk punggung Jupiter. "Inilah misteri yang sesungguhnya. Bagaimana Jupiter bertahan sedemikian lamanya tanpa makanan?"

Titus Jones berdiri di samping adiknya dan menyalakan pipa, mengisapnya dengan penuh perasaan selama beberapa saat. "Kurasa kita harus memanggil polisi dan kemudian mencari makan. Anak-anak ini belum makan apa-apa sejak makan malam kemarin."

Jones yang lebih muda menggelengkan kepala. "Tidak ada gunanya memanggil polisi. Aku memanggil mereka setiap dua minggu selama dua bulan terakhir. Mereka datang, mengendus-endus di sana-sini, dan setiap kali mengatakan hal yang sama. Tidak ada yang dapat mereka lakukan. Mereka menyarankan aku memasang alarm atau mengganti kunci pintu. Tapi apa gunanya? Bagi sebagian besar orang, yang kujual hanyalah rongsokan tak berharga! Hanya seorang kolektor benda-benda kelautan sejati tahu nilai sebenarnya dari penemuan-penemuanku ini."

Jupiter memberi isyarat kepada Bob untuk mengeluarkan buku catatan kecil dan pensilnya. Begitu Jupiter Jones mencium sebuah kasus, tidak ada yang dapat menghentikannya hingga kasus itu terungkap -- apapun yang dikatakan oleh Bibi Mathilda. "Apakah pencuri berpakaian hitam itu mengambil sesuatu yang berharga pagi ini, Paman Atticus?"

Atticus Jones nampak terkejut. "Aku... aku tidak tahu. Sampai kini pencuri itu hanya mengambil benda-benda sepele: beberapa peluru meriam, botol-botol anggur tua, satu atau dua blunderbuss."

"Blunder-apa...?" tanya Pete.

"Blunderbuss," jawab Oscar Cutter. "Sejenis pistol antik yang digunakan oleh bajak laut dan militer dulu. Benda semacam itu banyak terdapat di dasar laut sekitar sini."

Giliran Bob yang bersuara. "Paman Titus pernah menyinggung bahwa Anda menemukan suatu harta baru-baru ini, Mr. Jones. Sesuatu dengan nilai sejarah yang besar. Mungkinkah benda itu yang dicari si pencuri?"

"Kau menemukan sesuatu yang besar?" tanya Cutter, suaranya terdengar sedikit kesal karena tidak diikutsertakan dalam penemuan terbaru Atticus Jones. "Kapan? Kau tidak pernah bercerita..."

Tapi Atticus tidak mendengarkannya. Wajahnya berubah muram. "Ya ampun! Aku sama sekali tidak berpikir ke sana. Lebih baik kulihat kalau benda itu masih ada!"

Atticus berlari melintasi rumah, diikuti oleh semua orang. Ia berhenti di sebelah pakaian selam yang tadi dipakainya untuk menyergap Jupiter. Jupe kini dapat melihat bahwa pakaian itu hanyalah sebuah hiasan yang ditopang oleh sebuah papan miring di baliknya. Atticus membuka dua buah gerendel dan membuka suatu peti tua. Ia berseru tertahan.

"Hilang! Demi Tuhan... benda itu hilang!"

Jupiter, Pete, dan Bob berkerumun di sekeliling Atticus dan mengintip ke dalam peti tua itu. Peti itu nampak seperti satu dari ratusan peti serupa yang muncul di pangkalan barang bekas selama bertahun-tahun. Jelas tidak cukup kokoh untuk menyimpan suatu harta di dalamnya, pikir Jupiter. Seorang anak kecil dapat dengan mudah mengambil isinya. Peti itu bahkan tidak dikunci!

Titus seperti berdansa, melompat dari satu kaki ke kaki yang lain. "Apa itu, Dik? Apa yang telah diambil? Ayo bicara sebelum aku mati penasaran!"

Atticus Jones mendesah dan mengusap keningnya dengan sehelai sapu tangan. "Penemuan terbaruku..." ia menghela nafas tanpa daya. "Kalau benda itu benar-benar seperti yang kuduga, segala sesuatu yang sekarang kita ketahui tentang peninggalan William Teach akan berubah!"

"William Teach?" kata Jupiter bersemangat. "Maksud Paman Si Janggut Hitam?"

"Satu-satunya," gumam Atticus.

"Kau pikir kau telah menemukan sesuatu milik Janggut Hitam?" Cutter berseru tak percaya. Pria itu seolah-olah hendak pingsan dan harus meraih sebuah meja kayu untuk mengembalikan keseimbangannya.

"Kemungkinan... Kemungkinan," kata Atticus Jones, menggeleng-gelengkan kepala. "Aku sedang mencari rongsokan dari sebuah kapal karam di dekat Semenanjung Ocracoke -- kalau kau tahu tempat yang tepat, banyak sekali bangkai kapal di sana -- ketika aku menemukan sesuatu yang besar!" Atticus memandang anak-anak. "Kalian tahu sejarah William Teach?"

"Jupe tahu banyak!" kata Pete bangga. "Kami telah mengungkap berbagai kasus yang menyangkut perompak, meskipun misteri-misteri itu berhubungan dengan perompak dari Pantai Barat, seperti legenda Perompak Ungu."

Jupiter, yang memiliki daya ingat yang menakjubkan dan bakat untuk mengingat kembali nyaris semua yang pernah dibacanya, menarik nafas panjang. "William Teach, lebih dikenal sebagai Si Janggut Hitam, memulai petualangan lautnya pada akhir 1600-an sebagai perompak di kawasan yang kini dikenal sebagai North Carolina. Perompak adalah suatu profesi yang legal dan bahkan didukung oleh pemerintahan waktu itu. Sebenarnya karir Janggut Hitam sebagai bajak laut tidak berlangsung lama. Sekitar tahun 1716 ia memiliki armada yang terdiri dari empat buah kapal: kapal utamanya Pembalasan Ratu Anne, dua buah kapal bertiang satu Petualangan dan Balas Dendam, dan kapal kecil yang digunakan untuk memperbaiki tiga yang lain."

Atticus Jones mengagumi pengetahuan keponakannya akan bajak laut namun Jupiter baru saja mulai. "Pada tahun 1718 Si Janggut Hitam dan anak buahnya yang terdiri dari hampir tiga ratus orang sangat ditakuti di kawasan Pantai Timur sehingga kapal-kapal lebih suka berlayar menjauhi North Carolina, ratusan mil menyimpang dari tujuan untuk menghindari mereka.

"Gubernur Spotswood dari Virginia, setelah yakin bahwa gubernur North Carolina tidak melakukan apapun, memutuskan untuk menindak para bajak laut. Ia mengirim dua kapal perang di bawah komando Letnan Robert Maynard ke sebuah kanal yang dikenal sebagai Lubang Teach.

"Yang terjadi selanjutnya adalah pertempuran berdarah yang di dalamnya Pembasalan Ratu Anne dan Petualangan tenggelam. Konon Janggut Hitam mendapat lebih dari tiga puluh luka dalam pertempuran itu, termasuk luka tembakan dan pisau. Dikatakan bahwa ia mengarahkan peluru terakhirnya ke arah kepala Letnan Maynard sebelum kemudian jatuh dan tewas di atas geladak kapal Maynard yang penuh darah tanpa sempat menarik pelatuk. Letnan Maynard memenggal kepala Janggut Hitam sebagai bukti kematian bajak laut itu dan menggantungnya di tiang utama kapalnya. Kemudian ia membuang tubuh bajak laut itu ke laut. Menurut para anak buahnya tubuh Si Janggut Hitam demikian jahatnya sehingga ia sempat berenang mengelilingi kapal Angkatan Laut itu tiga kali sebelum akhirnya tenggelam."

Bibi Mathilda menggeleng-gelengkan kepalanya, seolah-olah hendak menyingkirkan bayangan tewasnya Si Janggut Hitam. "Cerita yang sungguh seram! Aku tidak dapat membayangkan mengapa kau mengisi kepalamu dengan sampah seperti itu, Jupiter."

"Jadi sekarang kita semua tahu latar belakang Si Janggut Hitam," kata Oscar Cutter dengan tidak sabar, "apa hubungannya dengan penemuanmu?"

Atticus Jones memandang peti yang kosong dengan tatapan kosong dan mendesah lagi. "Kau telah mendengar bagaimana Pembasalan Ratu Anne dan Petualangan tenggelam dalam pertempuran di Lubang Teach?"

"Ya, lalu?" desak Cutter.

"Nah," kata Atticus, "sekarang kutanya: apa yang terjadi terhadap kapal ketiga? Balas Dendam tidak pernah disebut-sebut, begitu pula dengan kapal keempat. Menurut legenda setempat di North Carolina, Janggut Hitam memindahkan semua harta dari kedua kapalnya ke atas Balas Dendam dan kemudian menenggelamkan Pembasalan Ratu Anne dan Petualangan untuk mengurangi ukuran armadanya. Secara kebetulan, pada hari yang sama Maynard menyerbu. Harta itu tidak pernah ditemukan hingga kini."

Oscar Cutter terlihat tidak percaya. Ia bangkit dan mulai mondar-mandir. "Apakah kau bilang Balas Dendam berlayar mengelilingi Kepulauan America hingga ke Pantai Barat? Ke Oregon? Kuharap kau sadar betapa tidak masuk akalnya hal ini! Kejadian itu lama sebelum Terusan Panama mulai direncanakan! Kapal itu terlalu kecil untuk melakukan perjalanan sejauh itu!"

Atticus mengangkat tangannya dalam keputusasaan. "Aku tahu, aku tahu! Meskipun demikian berdasarkan penemuanku, memang itulah yang telah terjadi!"

"Dan apakah penemuan Anda itu, Mr. Jones?" Pete ingin tahu.

Atticus Jones menatap kosong ke arah peti. "Terkubur di bawah pasir dan kerikil Semenanjung Ocracoke terdapat sesuatu yang kupercaya merupakan tiang haluan dari kapal ketiga Janggut Hitam, Balas Dendam."

"Apa itu tiang haluan?" tanya Bob.

"Tiang haluan," Jupiter menjelaskan, "adalah suatu tiang panjang atau patung yang menempel di haluan sebuah kapal. Pada masa itu seringkali dalam bentuk wanita cantik atau putri duyung."

"Juputer benar," kata Atticus. "Namun tiang haluan Balas Dendam berwujud seekor elang raksasa setinggi empat kaki. Cakar dan paruhnya terbuat dari perunggu dan matanya batu delima!"

"Dan itukah yang kau temukan?" desak Bibi Mathilda. "Seekor burung raksasa?"

"Tidak juga," jawab Atticus, menggelengkan kepala. "Kayu itu pasti telah lapuk dan hancur ratusan tahun yang lalu. Yang kutemukan adalah sebuah cakar perunggu di dasar laut -- dengan ukuran dan bentuk yang tepat untuk seekor elang kayu setinggi empat kaki!"

0 komentar:

Posting Komentar


Akatsuki Kage Bunshin
 
Copyright © Story of Life